Friday, October 12, 2012

Tamu tidak diundang. Maling gak butuh undangan.

Jadi, kemaren (12 Okt'12) adalah salah satu hari yg cukup menegangkan buat saya. mungkin buat Puput juga. 

Ceritanya begini. Jumat pagi itu, saya ke kampus, jam 10 sudah cabs dari rumah. Di rumah saat itu ada Mbak Retno (sepupu Puput dari Semarang) dan Fitri (adeknya Puput, kelas 1 SD). Puput sendiri sudah pergi kuliah dari jam 7-an. 

Lepas jam solat jumat, sekitar jam 1 siang, Puput sudah perjalanan pulang, dan pamitan via bbm ke saya kalo sore nanti dia, mbak Retno, dan Fitri mau ke wates. Kira-kira jam setengah 3 sore Puput sudah perjalanan ke Wates, rumah dalam keadaan kosong. 

Saya sendiri sebenarnya sudah akan beranjak pulang sekitar jam setengah 3. Tapi saya lebih memilih jalan-jalan keliling toko kain di sekitar jalan solo, sampai kira-kira menjelang adzan magrib. 

Tepat adzan magrib, saya sampai di rumah. Saat itu di rumah sepi, garasi kosong, karena Puput dan sodara-sodaranya pergi membawa mobil. Garasi juga digembok seperti biasa. Yang mencuri perhatian saya adalah lampu kamar puput yang menyala. Karena saya dan Puput terbiasa mematikan semua lampu kamar jika hendak pergi. Saat itu saya pikir, mungkin Puput lupa mematikan lampu. 

Parkir motor, kemudian membuka pintu depan. Anehnya kunci tidak bisa diputar, dan dengan sedikit dorongan  pintu sudah terbuka! Bagian pintu yg menempel di dinding rusak. Pikiran saya sudah kemana-mana. Apa mungkin Puput lupa bawa kunci trus dia merusak pintu? Tapi itu gak mungkin, harusnya dia cukup bbm saya kalo dia tidak bawa kunci. 

Saya teruskan menuju kamar dan benar saja, pintu kamar saya sudah terbuka, lampu menyala. Pintu kamar Puput juga sudah terbuka, lampu menyala, dan kamar yg sangat berantakan. Isi lemari semua berhamburan keluar. Saat itu saya sadar kalo ini bukan berantakan biasa. Ada maling yg masuk ke rumah! 
Khawatir pencuri masih ada di dalam rumah dan saya perempuan sendiri, saya langsung lari ke rumah tetangga. Mencari Pak Sugeng, tetangga yg sering kami minta pertolongan ttg rumah. 
Ternyata Pak Sugeng sedang tidak di rumah, saya ditemani istri dan menantunya kembali ke rumah untuk melihat kondisi rumah. 

Menantu Pak Sugeng mengecek semua ruangan, memastikan tidak ada orang (maling) di rumah. Lalu kami kembali ke rumah Pak Sugeng, menunggu Pak RT. Sambil nunggu pak RT saya mengabari Puput dan keluarganya yg saat itu masih di Wates. Tidak lama, mereka langsung menuju Jogja lagi. 

Gak lama Pak RT datang bersama seorang pemuda dan mas-mas Polisi yg tinggal di sekitar rumah sini juga. Lalu kami kembali ke rumah, kali ini untuk mengecek benar-benar apa saja yg diambil oleh si maling. Dari ruang depan, laptop Puput yg hilang. Di kamar Puput, kondisi lemari dan lacinya yg diacak2 oleh maling, tapi tidak ada yg hilang. BPKB dan surat-surat asuransi mobil jg masih ada. Motor puput yg diparkir di garasi dalam juga masih ada. Di kamar saya, jg yang diacak-acak adalah laci lemari. Tapi tidak ada yang hilang. TV, printer, ipod, BPKB motor, semua masih ada. Hari itu kebetulan saya membawa laptop ke kampus. Alhamdulillah. 

Mas-mas Polisi dan Pak RT menenangkan saya, mereka meyakinkan kalau maling tidak mungkin kembali hari ini. Saya disarankan mengungsi dulu jika masih takut. (yaiyalah, pak! berani benget saya di rumah sendiri dalam keadaan porak poranda begitu, mana pintu gak bisa ditutup rapet pula -_-")

Akhirnya saya mengungsi di rumah Pak Sugeng, ditemani istrinya. Saat itu saya tau kalo: 
1. Lepas solat jumat, Bu Sugeng dan anaknya mencurigai satu pemuda bersepeda motor yg berhenti di halaman rumah mereka. Posisi rumah Pak Sugeng adalah di ujung gang buntu dengan halaman yg sangat luas.   Sekitar jam setengah 2, pemuda-bermotor ini tampak sendiri, berhenti tidak tau menunggu apa, dan sibuk sms-an, sambil sesekali melirik ke arah rumah. 

2. Sekitar jam setengah 3, tidak lama setelah mendengar suara mobil Puput pergi (jarak rumah Pak Sugeng dan rumah kami tidak jauh, jadi suara mobil yg datang/pergi masih bisa kedengeran) pemuda-bermotor ini juga pergi ke arah rumah (arah luar gang). 

3. Sekitar jam 2-setengah 3, pembantu rumah sebelah, sempat memergoki dua cowok, keluar dari rumah, saat itu si mbak-pembantu-sebelah-rumah sedang mengangkat jemuran. Dia sempet mikir kenapa cowok-cowok itu keluar lewat pintu pagar yg kecil, bukan lewat garasi seperti yg biasanya dilakukan, padahal biasanya pintu pagar kecil itu selalu dikunci. Tapi, si mbak-pembantu-sebelah-rumah tidak curiga/memperhatikan lebih detil karena cowok-cowok itu pembawaannya sangat santai, jadi dia kira cowok-cowok itu mungkin saudaranya Puput. 

Sekitar jam 8 malam, Puput dan keluarganya sampai di rumah. Saya menjelaskan urutan kejadian dari saya datang dan apa-apa saja yg diacak-acak oleh si maling. Mama Papa Puput sepakat untuk tidak melaporkan ke polisi. Tapi PR selanjutnya adalah bagaimana untuk meningkatkan keamanan di rumah. Mengingat sehari-hari saya hanya tinggal berdua dengan Puput di rumah. 

Pelajaran yg sangat berharga banget buat saya secara pribadi. Untung saja yg diambil hanya laptop. Saya dan Puput tidak terluka sama sekali. Bahkan kami tidak harus bertemu si maling. Saya belom yakin apakah saya punya keberanian ekstra jika pas ngeliat muka si maling. 

Beberapa hari lalu mas pacar bilang, hari Senin, sekitar jam 7 malam, dia sempat liat satu orang cowo bermotor yang berhenti di dekat rumah. Bukan seperti akan ke rumah siapa-siapa, cuma liat-liat keadaan sekitar. Awalnya mas pacar sempat curiga, tapi tidak lama, cowo itu pergi. 

Mungkin si maling memang sudah menjadikan rumah sebagai target sasaran berikutnya. Seperti sudah mempelajari siapa saja yg menghuni, jam berapa kira-kira rumah kosong, bisa masuk lewat pintu mana, dll. Semua sepertinya memang sudah dipelajari oleh si maling. 

Bapak dan Ibu di Surabaya juga sempat panik saat tau berita ini. Kami memang dituntut untuk lebih hati-hati lagi. 

Pelajaran ini juga harusnya bisa menjadi pelajaran utk teman-teman sesama anak kost atau yang tinggal di rumah kontrakan tanpa pengawasan orang tua. Terlebih lagi jika serumah dihuni perempuan semua. 
Mungkin sistem keamanan di masing-masing rumah memang berbeda. Tapi satu yg pasti, maksimalkan keamanan di tempat tinggal kita dan kewaspadaan kita sendiri dgn lingkungan sekitar. Siapa saja bisa menjadi korban. 

Selain itu, bisa jadi salah satu jalan untuk melindungi diri kita adalah dengan bersedekah. Sebab Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya sedekah dapat menolak 70 pintu bencana". Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda, "Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah." 
Karena kalo bukan ke Allah, ke siapa lagi kita harus minta perlindungan? (ya ke polisi juga bisa sih, tapi mereka jg minta dilindungi sama Tuhannya masing-masing juga kok. yakin deh. jadi mending langsung minta ke Allah sendiri deh.. )

Jadi begitulah pengalaman kemarin, tupis! (eh ini bukan twitter ya??)

Silahkan diambil hikmahnya biar bisa jadi pelajaran buat semua yes. Terutama para wece-wece di perantauan. Boleh lho yg mau sharing cerita-cerita klo ada pengalaman serupa, langsung cuss ke box komentar yes. 

Salamualaikum! 

1 comments:

Handa Tanuwijaya said...

astagaaa dee!! aku baru tau itu rumah sempet kemalingan. da emang lokasinya sepi n kalian ce2 smua sih. mana skrg cuma bedua ama puput lgi. saranku bljr beladiri dr skrg (seingetku dlu kmu ikut jujitzu haha)